Flashback: Foto sepasang naga Kutai yang menggemparkan warga
Lebih dari satu tahun yang lalu, kompas.com memuat sebuah berita (yang diambil dari tribun kaltim) mengenai penampakan sepasang naga/ular raksasa di wilayah Kutai Barat. Berita ini disertai sebuah foto.
Pada hari ketika berita itu dimuat kompas.com, seorang pembaca mengirim sebuah email mengenai hal ini dan meminta saya untuk mempostingnya. Ketika saya membaca berita tersebut dan melihat foto yang disertainya, saya tidak terkesan sama sekali karena bagi saya foto itu jelas terlihat seperti sebuah karya photoshop. Jadi, saya tidak punya niat untuk mempostingnya.
Namun masalahnya adalah, setelah lebih dari satu tahun, saya masih saja menerima pertanyaan mengenai foto ini. Jadi untuk menjawab pertanyaan sebagian pembaca yang masih penasaran, saya akan mengomentari foto tersebut dengan menyertakan alasan mengapa saya percaya kalau foto tersebut adalah sebuah rekayasa.
Bagi kalian yang belum pernah mendengar berita ini, berikut cuplikan dari kompas.com tanggal 5 Februari 2010. Kompas mengambil berita ini dari kaltim.tribun.co.id yang masih merupakan media grup Kompas.
Saya yakin, beberapa dari kalian yang melihat foto tersebut akan segera tertawa. Tidak heran, saya memang percaya ada orang yang memiliki kepekaan terhadap sebuah rekayasa, apalagi rekayasa yang "kasar".
Namun bagi kalian yang tidak memiliki kepekaan itu dan ingin mengetahui alasan yang lebih jelas, saya akan berikan tiga alasan mengapa saya yakin kalau foto tersebut adalah hasil rekayasa.
Alasan pertama adalah, adanya bekas-bekas sentuhan photoshop pada tubuh ular tersebut.
Bahkan jika kita hanya melihat dengan sekilas, kita bisa melihat adanya blur pada tubuh ular tersebut. Blur ini tidak terlihat pada kepala ular.
Ini wajar karena tubuh ular yang berada di dalam air akan lebih sulit direkayasa dibandingkan bagian kepala yang berada di atas permukaan air. Mungkin sang perekayasa menggunakan efek blur atau smudge pada photoshop untuk menciptakan efek riak air. Namun usaha ini tidak berhasil karena bagian tersebut terlihat tidak alami dan berbeda dengan sekitarnya.
Alasan kedua adalah, kesaksian yang meragukan.
Saya kutip:
Agak mengherankan jika disebutkan ada dua naga yang terlihat sedangkan hanya ada satu naga di dalam foto.
Namun, anggaplah kalau kedua naga ini memang tidak saling berdampingan. Naga jantan yang bertanduk berada jauh di depan sehingga tidak terpotret. Kalau begitu, pertanyaannya selanjutnya adalah:
"Bagaimana para saksi bisa mengetahui kalau naga itu memiliki empat kaki?"
Bukankah kaki mereka berada di dalam air yang coklat berlumpur?
Bagaimana cara mereka melihatnya?
Apakah naga tersebut sempat berenang dengan gaya punggung?
Lalu, mungkin dari kalian ada yang berargumen: "Bisa saja kesaksian dan foto itu tidak saling berhubungan. Foto itu benar diambil di Riam Haloq, sedangkan kesaksian yang dikutip kompas.com merujuk ke naga yang lain."
Memang benar, bisa seperti itu. Namun sang wartawan mengindikasikan kalau keduanya saling berhubungan. Bukankah begitu?
Alasan ketiga adalah, posisi kepala sang naga.
Salah satu alasan mengapa saya langsung menganggap foto ini hasil rekayasa adalah karena posisi kepala ular yang tidak alamiah (selain karena bentuk kepalanya yang lebih menyerupai bebek ketimbang naga).
Posisi yang tidak alamiah ini mungkin disebabkan oleh dua hal, yaitu ingin menciptakan "efek ular" atau ingin menciptakan "efek monster danau".
Yang saya maksudkan dengan efek ular adalah posisi seperti kobra yang siap menyerang. Jika ia membuat foto dengan kepala seperti itu, orang yang melihatnya akan langsung teringat dengan ular.
Sedangkan efek monster danau adalah usaha untuk mengasosiasikan makhluk tersebut dengan monster danau yang paling terkenal di dunia, yaitu Nessie.
Nessie sendiri adalah monster danau yang paling terkenal di dunia yang dipercaya hidup di Danau Ness (Lochness), Skotlandia.
Imajinasi orang mengenai rupa makhluk ini dibentuk oleh foto yang disebut Surgeon Photo.
Walaupun foto ini terbukti hoax, namun masyarakat dunia terlanjur mengasosiasikan monster danau dengan leher panjang yang menjulur keluar dari air sehingga foto-foto hoax monster danau berikutnya selalu dibuat dengan posisi kepala dan leher seperti ini.
Masalahnya adalah, posisi leher dan kepala Nessie pada Hoax Surgeon Photo lebih masuk akal karena Nessie dipercaya sebagai Plesiosaurus.
Dalam kasus kita kali ini, makhluk yang dibicarakan adalah seekor ular/naga sehingga posisi leher atau kepalanya menjadi tidak tepat.
Berikut ini adalah contoh posisi kepala ular yang berenang di air.
Ular tidak pernah berenang dengan posisi kepala 90 derajat dengan permukaan air.
Pernahkah kalian menyaksikan sebuah film dokumenter mengenai ular?
Ketika ular itu bergerak/merayap, bagaimana posisi kepalanya?
Tentu saja sejajar dengan tanah.
Sama halnya dengan ketika ia berenang. Ia hanya memunculkan kepalanya sedikit untuk bernafas.
Menariknya, artikel ini juga menyebutkan mengenai adanya foto ular sepanjang 33 meter di utara Kalimantan yang didapat tahun 2009.
Mengenai foto-foto ini, saya sudah pernah mempostingnya. Ini juga hoax. Kalian bisa membacanya disini: Rekayasa Ular Raksasa Borneo.
Paling tidak, perekayasa foto ular sepanjang 33 meter tersebut membuat posisi kepala ular dengan benar. Mungkin karena ia merekayasanya dengan meniru gerakan ular yang asli.
Itulah tiga alasan mengapa saya menganggap foto itu sebagai sebuah rekayasa.
Sekarang pertanyaan berikutnya adalah, dari mana kompas.com mendapatkan foto tersebut?
Karena kompas.com menyebutkan sumber berita tersebut adalah tribun kaltim, maka masuk akal jika mereka mendapatkannya dari media tersebut. Saya berusaha menemukan berita awalnya di tribun kaltim dengan mengikuti beberapa link yang dicantumkan blog dan situs yang memuat berita ini, namun sayangnya, berita mengenai sepasang naga ini sudah lenyap dari situs tersebut.
Berita ini juga lenyap dari tribun palembang.
Beberapa media berita memang sering mengarsip berita yang sudah cukup lama untuk menghemat biaya. Namun untuk media sebesar tribunnews, agak mengherankan kalau berita yang baru berumur 1,5 tahun sudah masuk ke dalam arsip. Atau mungkin berita tersebut memang sengaja dihapus.
Tribun Banjarmasin masih memuat berita tersebut. Namun mereka tidak menyertakan foto.
Mungkin mereka pun merasa aneh dengan foto tersebut.
Benar-benar foto yang misterius! Bukankah begitu?
Nah, sebelum saya akhiri, saya ingin menegaskan kalau saya TIDAK beranggapan ular raksasa itu tidak ada. Yang saya tolak adalah keabsahan foto yang satu ini.
Lalu, percayakah saya dengan keberadaan ular raksasa di Kutai?
Saya tidak mengatakan kalau ular raksasa pasti ada di Kutai karena saya belum pernah memeriksa kota Kutai secara keseluruhan. Namun saya tidak heran kalau di dunia ini ada ular raksasa sepanjang belasan atau puluhan meter. Apalagi untuk Kutai yang terbiasa dengan buaya sepanjang 6 meter.
Baca juga: Benarkah foto naga bertanduk ditemukan dan dipamerkan di cina dan Rekayasa foto ular raksasa borneo.
Pada hari ketika berita itu dimuat kompas.com, seorang pembaca mengirim sebuah email mengenai hal ini dan meminta saya untuk mempostingnya. Ketika saya membaca berita tersebut dan melihat foto yang disertainya, saya tidak terkesan sama sekali karena bagi saya foto itu jelas terlihat seperti sebuah karya photoshop. Jadi, saya tidak punya niat untuk mempostingnya.
Namun masalahnya adalah, setelah lebih dari satu tahun, saya masih saja menerima pertanyaan mengenai foto ini. Jadi untuk menjawab pertanyaan sebagian pembaca yang masih penasaran, saya akan mengomentari foto tersebut dengan menyertakan alasan mengapa saya percaya kalau foto tersebut adalah sebuah rekayasa.
Bagi kalian yang belum pernah mendengar berita ini, berikut cuplikan dari kompas.com tanggal 5 Februari 2010. Kompas mengambil berita ini dari kaltim.tribun.co.id yang masih merupakan media grup Kompas.
KOMPAS.com — Masyarakat Kutai Barat (Kubar), khususnya warga Mahakam Ulu, digemparkan kemunculan sepasang ular raksasa sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai.
Ular raksasa yang melintas di sungai itu diyakini masyarakat Suku Dayak sebagai naga. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, sebenarnya peristiwa kemunculan naga terjadi Jumat (29/1/2010).
Saat itu sebuah longboat berangkat dari Long Bagun menuju Long Pahangai. Longboat tiba siang hari di Kampung Long Tuyuq, hulunya Riam Haloq. Saat itulah motoris dan penumpang longboat melihat sepasang ular raksasa melintas di permukaan Sungai Mahakam dari arah berlawanan.
Begitu mengetahui sepasang naga lewat, motoris langsung menepikan longboat ke tepi sungai karena khawatir menjadi korban. "Ternyata kedua naga itu berjalan terus dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran longboat," tutur Dodik, yang mendengar cerita dari keluarganya di Mahakam Ulu.
Setelah itu, motoris dan beberapa penumpang langsung mengambil gambar menggunakan ponsel berkamera karena menganggap itu sebuah momen langka. Di wilayah Kubar sendiri foto ular raksasa itu telah tersebar dan masyarakat menjadi heboh.
Ia menambahkan, sebelumnya di Long Tuyoq bahkan ada seorang warga dan anaknya yang sedang berburu babi melihat ular raksasa tersebut. Saking kagetnya, sang anak sampai tidak bisa berbicara hingga kini.Saya merekomendasikan kalian untuk membaca berita tersebut secara penuh dengan mengklik link yang saya sertakan di atas.
Sebelumnya, pada Februari 2009, Kalimantan juga bikin heboh dunia saat muncul sebuah foto udara yang memperlihatkan ular raksasa tengah melintas di sebuah sungai di Sarawak, Malaysia. Ular raksasa itu berenang di Sungai Baleh, Sibu, Serawak, bagian utara Kalimantan.
Sebuah foto ular raksasa terlihat berenang melenggak-lenggok di sebuah sungai tropis yang dikelilingi oleh hutan gambut. Ular berwarna hitam itu sangat besar, hampir memenuhi sungai yang terletak di tengah-tengah hutan rawa yang rimbun. Air beriak di kiri kanannya. Kabarnya, foto itu diambil dari sebuah helikopter, 11 Februari 2009.
Foto itulah yang menjadi perdebatan. Kalimantan memang memiliki ular-ular raksasa. Namun, selama ini ular yang besar yang baru ditemukan adalah sejenis sanca atau piton atau masyarakat Kalimantan menyebutnya ular sawah, yang panjangnya belasan meter.
Namun, ular yang terlihat di foto dan beredar luas di internet, termasuk Youtube, itu jauh lebih panjang dan besar dibandingkan dengan temuan piton. Diperkirakan panjangnya 100 kaki atau sekitar 33 meter.
Gambar tersebut diambil oleh anggota tim wilayah bencana banjir yang kemudian diterbitkan oleh Utusan Sarawak, sebuah koran lokal. New Straits Times di Kuala Lumpur juga memuat foto tersebut, yang kemudian dirilis oleh The Telegraph, Inggris.
Ada juga yang tidak memercayai foto itu dan menganggapnya rekayasa semata. Hal itu karena terlalu jauhnya pengambilan gambar ular tersebut. Benar atau tidak, foto itu sudah membuat masyarakat di sekitar Serawak, khususnya Sibu, ketakutan sebab sungai itu merupakan urat nadi transportasi masyarakat selama ini.
Saya yakin, beberapa dari kalian yang melihat foto tersebut akan segera tertawa. Tidak heran, saya memang percaya ada orang yang memiliki kepekaan terhadap sebuah rekayasa, apalagi rekayasa yang "kasar".
Namun bagi kalian yang tidak memiliki kepekaan itu dan ingin mengetahui alasan yang lebih jelas, saya akan berikan tiga alasan mengapa saya yakin kalau foto tersebut adalah hasil rekayasa.
Alasan pertama adalah, adanya bekas-bekas sentuhan photoshop pada tubuh ular tersebut.
Bahkan jika kita hanya melihat dengan sekilas, kita bisa melihat adanya blur pada tubuh ular tersebut. Blur ini tidak terlihat pada kepala ular.
Ini wajar karena tubuh ular yang berada di dalam air akan lebih sulit direkayasa dibandingkan bagian kepala yang berada di atas permukaan air. Mungkin sang perekayasa menggunakan efek blur atau smudge pada photoshop untuk menciptakan efek riak air. Namun usaha ini tidak berhasil karena bagian tersebut terlihat tidak alami dan berbeda dengan sekitarnya.
Alasan kedua adalah, kesaksian yang meragukan.
Saya kutip:
"Menurut seorang warga Kampung Lutan, Kecamatan Long Hubung, sebenarnya ada dua naga yang terlihat. Satu naga diyakini berjenis jantan karena di kepalanya ada dua tanduk dan naga betina karena tidak ada tanduknya. Kedua binatang itu memiliki empat kaki, warna kulit hitam dengan panjang sekitar 40 meter dan diameter tubuh sekitar 60 sentimeter."Menurut kesaksian seorang warga, ada dua naga yang terlihat dan masing-masing memiliki empat kaki.
Agak mengherankan jika disebutkan ada dua naga yang terlihat sedangkan hanya ada satu naga di dalam foto.
Namun, anggaplah kalau kedua naga ini memang tidak saling berdampingan. Naga jantan yang bertanduk berada jauh di depan sehingga tidak terpotret. Kalau begitu, pertanyaannya selanjutnya adalah:
"Bagaimana para saksi bisa mengetahui kalau naga itu memiliki empat kaki?"
Bukankah kaki mereka berada di dalam air yang coklat berlumpur?
Bagaimana cara mereka melihatnya?
Apakah naga tersebut sempat berenang dengan gaya punggung?
Lalu, mungkin dari kalian ada yang berargumen: "Bisa saja kesaksian dan foto itu tidak saling berhubungan. Foto itu benar diambil di Riam Haloq, sedangkan kesaksian yang dikutip kompas.com merujuk ke naga yang lain."
Memang benar, bisa seperti itu. Namun sang wartawan mengindikasikan kalau keduanya saling berhubungan. Bukankah begitu?
Alasan ketiga adalah, posisi kepala sang naga.
Salah satu alasan mengapa saya langsung menganggap foto ini hasil rekayasa adalah karena posisi kepala ular yang tidak alamiah (selain karena bentuk kepalanya yang lebih menyerupai bebek ketimbang naga).
Posisi yang tidak alamiah ini mungkin disebabkan oleh dua hal, yaitu ingin menciptakan "efek ular" atau ingin menciptakan "efek monster danau".
Yang saya maksudkan dengan efek ular adalah posisi seperti kobra yang siap menyerang. Jika ia membuat foto dengan kepala seperti itu, orang yang melihatnya akan langsung teringat dengan ular.
Sedangkan efek monster danau adalah usaha untuk mengasosiasikan makhluk tersebut dengan monster danau yang paling terkenal di dunia, yaitu Nessie.
Nessie sendiri adalah monster danau yang paling terkenal di dunia yang dipercaya hidup di Danau Ness (Lochness), Skotlandia.
Imajinasi orang mengenai rupa makhluk ini dibentuk oleh foto yang disebut Surgeon Photo.
Walaupun foto ini terbukti hoax, namun masyarakat dunia terlanjur mengasosiasikan monster danau dengan leher panjang yang menjulur keluar dari air sehingga foto-foto hoax monster danau berikutnya selalu dibuat dengan posisi kepala dan leher seperti ini.
Masalahnya adalah, posisi leher dan kepala Nessie pada Hoax Surgeon Photo lebih masuk akal karena Nessie dipercaya sebagai Plesiosaurus.
Dalam kasus kita kali ini, makhluk yang dibicarakan adalah seekor ular/naga sehingga posisi leher atau kepalanya menjadi tidak tepat.
Berikut ini adalah contoh posisi kepala ular yang berenang di air.
Ular tidak pernah berenang dengan posisi kepala 90 derajat dengan permukaan air.
Pernahkah kalian menyaksikan sebuah film dokumenter mengenai ular?
Ketika ular itu bergerak/merayap, bagaimana posisi kepalanya?
Tentu saja sejajar dengan tanah.
Sama halnya dengan ketika ia berenang. Ia hanya memunculkan kepalanya sedikit untuk bernafas.
Menariknya, artikel ini juga menyebutkan mengenai adanya foto ular sepanjang 33 meter di utara Kalimantan yang didapat tahun 2009.
Mengenai foto-foto ini, saya sudah pernah mempostingnya. Ini juga hoax. Kalian bisa membacanya disini: Rekayasa Ular Raksasa Borneo.
Paling tidak, perekayasa foto ular sepanjang 33 meter tersebut membuat posisi kepala ular dengan benar. Mungkin karena ia merekayasanya dengan meniru gerakan ular yang asli.
Itulah tiga alasan mengapa saya menganggap foto itu sebagai sebuah rekayasa.
Sekarang pertanyaan berikutnya adalah, dari mana kompas.com mendapatkan foto tersebut?
Karena kompas.com menyebutkan sumber berita tersebut adalah tribun kaltim, maka masuk akal jika mereka mendapatkannya dari media tersebut. Saya berusaha menemukan berita awalnya di tribun kaltim dengan mengikuti beberapa link yang dicantumkan blog dan situs yang memuat berita ini, namun sayangnya, berita mengenai sepasang naga ini sudah lenyap dari situs tersebut.
Berita ini juga lenyap dari tribun palembang.
Beberapa media berita memang sering mengarsip berita yang sudah cukup lama untuk menghemat biaya. Namun untuk media sebesar tribunnews, agak mengherankan kalau berita yang baru berumur 1,5 tahun sudah masuk ke dalam arsip. Atau mungkin berita tersebut memang sengaja dihapus.
Tribun Banjarmasin masih memuat berita tersebut. Namun mereka tidak menyertakan foto.
Mungkin mereka pun merasa aneh dengan foto tersebut.
Benar-benar foto yang misterius! Bukankah begitu?
Nah, sebelum saya akhiri, saya ingin menegaskan kalau saya TIDAK beranggapan ular raksasa itu tidak ada. Yang saya tolak adalah keabsahan foto yang satu ini.
Lalu, percayakah saya dengan keberadaan ular raksasa di Kutai?
Saya tidak mengatakan kalau ular raksasa pasti ada di Kutai karena saya belum pernah memeriksa kota Kutai secara keseluruhan. Namun saya tidak heran kalau di dunia ini ada ular raksasa sepanjang belasan atau puluhan meter. Apalagi untuk Kutai yang terbiasa dengan buaya sepanjang 6 meter.
Baca juga: Benarkah foto naga bertanduk ditemukan dan dipamerkan di cina dan Rekayasa foto ular raksasa borneo.
0 komentar:
Post a Comment